Bagaimana Rainbow Dibentuk
Rainbow adalah salah satu fenomena optik yang terjadi di atmosfer bumi alami. Kita bisa melihatnya dari jarak mountin, atau ketika mendung, atau ketika hujan dan meningkatnya sinar matahari. Kita harus menjadi sisi lain untuk mencari. Kami hanya dapat melihatnya setengah dari bentuk lingkaran, tetapi acctually pelangi adalah bentuk lingkaran. Kita bisa melihat dengan sempurna, jika dilihat dengan berdiri di tempat yang tinggi. Hal ini nyata bahwa pelangi adalah bentuk lingkaran tidak seperti bentuk parabola.Di
tanah, kita tidak dapat melihat dengan sempurna, kecuali jika kita
berada di tempat yang tinggi seperti di pesawat udara atau berdiri di
atas moutain. Ketika kita melihat warna pelangi, kita akan melihat mereka yang
memerintahkan merah adalah pada urutan tertinggi, dan ungu adalah pada
urutan terendah.Merah lebih dominan dibanding warna lain disebabkan oleh karena gelombang terbesar antara lain. Oleh karena itu yang merah berada di urutan tertinggi dan ungu satu adalah dalam rangka terendah. Bagaimana pelangi terbentuk? Cobalah
untuk menonton ketika cahaya matahari menyangkut cermin 90 derajat
sudut atau sisi prisma kaca, atau permukaan busa sabun. Kita bisa melihat warna lampu. Cahaya
yang rayyed menjadi beberapa panjang gelombang cahaya yang terlihat
oleh mata kita sebagai merah, merah terang, kuning, hijau, biru dan
ungu. Warna-warna ini compnents cahaya yang mereka disebut cahaya tampak. Komponen lainnya adalah cahaya yang tak terlihat seperti inframerah
(merah di sisi kanan), dan ultraviolet (merah terang berada di sisi
kiri).Jadi, kita bisa melihat pelangi yang indah karena ada beberapa proses untuk menjadi pelangi yang indah yang tampak di langit.
Selasa, 08 September 2015
Senin, 20 April 2015
Perubahan Iklim dan Curah Hujan di Indonesia
Pola Curah Hujan di Indonesia
Endapan (presipitasi)
didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke
permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di
Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Hujan
merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena
keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, sehingga
kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan adalah
salah satu bentuk dari presipitasi, menurut Lakitan (2002) presipitasi
adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi.
Tjasyono
(2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat
(es) yang jatuh ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku
bukan merupakan bagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan (moisture).
Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4
mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi
permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah
atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004). Menurut Arsyad (1989) Tinggi
curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang
tercakup oleh sebuah penakar curah hujan tergantung pada homogenitas
daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya.
Curah hujan mempunyai
variabilitas yang besar dalam ruang dan waktu. Berdasarkan skala ruang,
variabilitasnya Sangat dipengaruhi oleh letak geografi (letak terhadap
lautan dan benua), topografi, ketinggian tempat, arah angin umum, dan
letak lintang.
Keragaman curah hujan terjadi
juga secara lokal di statu tempat, yang disebabkan oleh adanya perbedaan
kondisi topografi seperti adanya bukit, gunung atau pegunungan yang
menyebabkan penyebaran hujan yang tidak merata. Berdasarkan skala waktu,
keragaman/variasi curah hujan dibagi menjadi tipe harian, musiman
(bulanan), dan tahunan. Variasi curah hujan harian dipengaruhi oleh
faktor lokal (topografi, tipe vegetasi, drainase, kelembaban, warna
tanah, albedo, dan lain-lain). Variasi bulanan atau musiman dipengaruhi
oleh angin darat dan angin laut, aktivitas konveksi, arah aliran udara
di atas permukaan bumi, variasi sebaran daratan dan lautan. Sedangkan
variasi tahunan dipengaruhi oleh perilaku sirkulasi atmosfer global,
kejadian badai, dan lain-lain (Ruminta(1989), dalam Erwin, M(2001)).
Berdasarkan terjadinya, hujan dibedakan menjadi (http://kadarsah.wordpress.com/ ):
- Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
- Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
- Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
- Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
- Hujan muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, secara teoritis hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus.
Secara umum curah hujan di
wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena,
antara lain sistem monsoon Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi
Timur-Barat (Walker Circulation) dan Utara-Selatan (Hadley Circulation)
serta beberapa sirkulasi karena pnegaruh local (Mcbride, 2002).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan
suatu bagian “chaotic” dari variabilitas monsoon (Ferranti (1997), dalam
Aldrian (2003). Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence
Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi-tahunan di
Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode
berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia.
Pola umum curah hujan di
Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci
pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut ( http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/ ) :
- Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
- Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
- Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
- Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
- Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
- Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
b) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
c) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari. - Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini.
Rata-rata curah hujan di
Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup
banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat
yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto (2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau).
Secara umum musim kemarau
berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober
sampai Maret. Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk
bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan
Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator. Pola lokal
dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi
bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Wilayah
Indonesia disepanjang garis khatulistiwa sebagian besar mempunyai pola
hujan equatorial, sedangkan pola hujan moonson terdapat di pulau Jawa,
Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. Sedangkan salah satu wilayah
mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).
![]() | ![]() | ![]() |
Sumber: E.Aldrian dan Susanto (2003)
Monsun
![]() Monsun merupakan angin yang bertiup sepanjang tahun dan berganti arah dua kali dalam setahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit. Ada dua ciri utama daripada iklim Monsun, yakni adanya perbedaan yang tegas antara musim basah (wet season) dan musim kering (dry season) yang umumnya terjadi pada periode Desember, Januari, dan februari (DJF) dan Juni, Juli dan Agustus (JJA). Pada tahun 1686, Edmund Halley mengemukakan teori bahwa Monsun terjadi akibat adanya perbedaan panas antara daratan dengan lautan sebagai hasil dari zenithal marchmatahari (Chang, 1984). Kata Monsun biasanya digunakan hanya untuk system angin (Neuwolt,1977). Ramage(1971) memberikan kriteria untuk areal Monsun berdasarkan sirkulasi permukaan bulan Januari dan Juli sebagai berikut:
Chang
(1984) menyatakan angin dalam sistem Monsun tersebut harus ditimbulkan
akibat efek thermal, dan bukan dari pergerakan akibat angin dalam skala
planetan dan pressure belt. Ramage (1971) mengemukakan bahwa ada dua sistem Monsun di Asia, yaitu Monsun Musim Dingin Asia Timur (the East Asian WinterMonsun) dan Monsun Musim Panas Asia Selatan (the South Asian Summer Monsun).
Pada musim dingin, massa udara mengalir dari pusat tekanan tinggi ke
pusat tekanan rendah ke arah selatan dan tenggara melewati Korea,
Cina, dan Jepang. Massa udara yang kearah tenggara mengalami konvergensi
di Laut Cina selatan dengan massa udara timur laut dari Samudra
Pasifik. Kemudian dua massa udara (massa udara yang mengalami
konvergensi massa udara yang ke arah Selatan) bergabung menuju Tenggara
dan membentuk Monsun Timur Laut dan selanjutnya berubah menjadi baratan
di Indonesia (setelah melewati ekuator).
![]()
Pola angin Monsun pada saat musim dingin (winter) (NASA, 2009)
Pada
musim panas, pusat tekanan rendah berada di sebelah timur laut India,
tetapi Monsun mulai berkembang di Cina Selatan, kemudian ke Birma dan
beberapa bulan kemudian berkembang di India (Barry dan Chorley, dalam
Nieuwolt, 1977).
![]()
Pola angin Monsun pada saat musim panas (summer) (NASA, 2009)
Ada
tiga sumber massa udara selama berlangsungnya Monsun pada musim panas.
Sumber massa udara yang pertama berasal dari Samudra Hindia di selatan
ekuator. Massa udara ini bersifat lembab, hangat dan tidak stabil yang
mengalami konvergensi setelah mendekati ekuator. Sumber massa udara yang
kedua adalah tekanan tinggi di Australia. Massa udara ini bersifat
stabil dan kering dan kondisi ini berlangsung sampai di Tenggara
Indonesia dan lebih barat lagi, massa udara ini menjadi bersifat lembab
dan tidak stabil. Massa udara ketiga berasal dari Samudra Pasifik yang
bersifat lembab, hangat dan relatif stabil. Namun setelah melewati
samudra hangat massa udara tersebut menjadi tidak stabil.
Asia
Timur dan Asia sebelah Selatan mempunyai sirkulasi Monsun yang terbesar
dan paling berkembang. Sedangkan Monsun Asia Timur dan tenggara adalah
Monsun yang berkembang dengan baik dan Monsun di Indonesia merupakan
bagian dari Monsun Asia Timur dan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh
besarnya Benua Asia dan efek dari daratan tinggi Tibet terhadap aliran
udara (Prawirowardoyo,1996). Trewartha (1995) mengemukakan massa daratan
yang sangat luas di benua Asia memperhebat perbedaan yang timbul dari
selisih pemanasan dan pendinginan antara daratan dan lautan. Lebih jauh,
Asia yang membentang dari Timur-barat pada kisaran lebar dari garis
bujur di hemisfer Utara, sedangkan di hemisfer Selatan terutama adalah
samudera di Selatan Equator. Akibatnya bagian terbesar dari perbedaan
pemanasan yang menyebabakan sirkulasi Monsun, meliputi juga perbedaan
utara-selatan, jadi memperkuat pergeseran normal menurut garis lintang
dari sistem-sistem angin utama. Karena adanya deretan pegunungan yang
sangat tinggi di Asia yang terentang arah Timur-Barat yaitu arah Timur
Laut Kaspia ke China, sirkulasi meridional udara sangat terhambat. Hal
ini membuat perbedaan musiman dalam temperatur dan tekanan yang lebih
dramatis lagi.
Selama musim dingin massa daratan disebelah utara pegunungan itu menjadi demikian dingin hingga menghasilkan sistem tekanan tinggi yang kuat di atas Asia Timur Laut dan suatu aliran keluar udara dingin yang cukup menonjol dari Asia Timur (Trewartha, 1995). Di lain pihak, pemanasan intensif musim panas atas daratan subtropis yang terletak di sebelah selatannya deretan pegunungan itu, melahirkan suatu kawasan tekanan rendah dan suatu aliran inflow udara hangat yang kuat dan lembab ke Asia Selatan.
Pada
musim dingin di belahan bumi utara (BBU), yaitu pda bulan Desember,
Januari, dan februari angin Monsun bertiup dari Siberia menuju ke benua
Australia. Pada periode ini daerah yang membentang dari ujung Sumatera
bagian selatan, jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai ke Irian angin
Monsun bertiup dari barat ke timur.
Pola
aliran udara rata-rata pada ketinggian 2000 kaki di bulan Januari
merupakan bulan maksimum dari musim dingin di belahan bumi utara (BBU).
Oleh sebab itu daerah ini dinamakan Monsun Barat dan musimnya disebut
Musim Monsun Barat, sedangkan di daerah yang mencakup sebagian besar
Sumatera lainnya dan Kalimantan Barat angin Monsun datang dari arah
Timur Laut. Oleh karena itu, angin Monsun dai daerah ini disebut Monsun
Timur Laut dan Musimnya disebut Musim Monsun Timur Laut.
Pada
musim panas di belahan bumi utara (BBU), terjadi sebaliknya angin Monsun
berhembus dari benua Australia menuju ke Asia. Oleh karena itu disebut
Monsun Timur dan musimnya dinamakan Musim Monsun Timur, sedangkan di
daerah yang melingkupi bagian Sumatera lainnya dari Kalimantan Barat
angin Monsun bertiup dari arah barat daya ke timur laut sehingga angin
Monsun ini disebut Monsun Barat Daya dan musimnya disebut Musim Monsun
Barat Daya. Pola aliran udara rata-rata pada ketinggian 2000 kaki pada
bulan maksimum musim padan di belahan bumi utara (BBU) yaitu bulan Juli
Prawirowardoyo,1996)
| ||
Langganan:
Komentar (Atom)
tranduser Fotoelektrik - Panel Surya
Pengertian Tranduser dan Sensor Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduserdapa...
-
Pengertian Tranduser dan Sensor Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduserdapa...
-
Digital berasal dari kata Digitus , dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berju...
-
Geomorfologi Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi yang mer...







